Bandung, __ Sungguh ironis, pada saat dinas pendidikan kota Bandung sedang giat melaksanakan Reformasi Birokrasi dan berkomitmen untuk terus menerus menciptakan pelayanan yang prima, masih saja muncul kejadian yang bisa mencederai program mulia tersebut.
Seperti yang terjadi di SMP Negeri 16 Bandung baru-baru ini, sejumlah wali murid SMP Negeri 16 Bandung protes dengan munculnya biaya seragam serta biaya kegiatan Camping Pendidikan Dasar (CPD) dan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) yang rencananya akan laksanakan oleh SMP Negeri 16 Bandung untuk para siswa pada bulan Oktober 2023 nanti.
Informasi dari beberapa orang tua murid yang masuk ke redaksi menyebutkan, dalam kegiatan LDKS yang rencananya akan dilaksanakan di Manglayang Jungle Place tersebut para murid dibebankan biaya sebesar 275 ribu, hal ini yang menjadi keberatan para wali murid.
“Tadinya banyak yang keberatan masalah harga yang 275 ribu, tapi sekarang jadi 240 ribu sekian,” ujar salah satu wali murid yang engan disebutkan identitasnya, Selasa (19/9/2023).
Ibu tersebut menambahkan, menurut informasi dari korlasnya, bagi siswa yang tidak ikut dalam kegiatan tersebut diminta untuk langsung menghadap ke sekolah.
“Dan biasanya yang menolak sok dicirian anak na teh dibedakeun engkena dalam segala hal, dan tadi pas upacara diumumkan, kalau anak tidak ikutan tahun ini harus ikutan tahun depan dengan kelas lain, karena ini wajib,” tambahnya.
Keberatan ibu tersebut dikarenakan banyak yang harus dibayarkan tahun ini seperti seragam dan tour ke Jogja yang jarak pembayaran menurutnya hanya berjarak tiap bulan.
“Teu mikirkeun jelema nu teu baroga, bareki duit, belum seragam hampir 500 ribu, Januari Outing Jogja 800 ribu, gila kan jaraknya cuma sebulan-sebulan,” tegasnya.
Saat awak media mencoba mengkonfirmasi hal ini langsung ke sekolahan Rabu (20/9/2023), ditemui oleh Ibu Juli bagian Humas SMP Negeri 16 Bandung, karena kepala sekolah sedang ada kegiatan.
Menurut Juli, awal tahun ajaran baru sudah dilakukan sosialisasi agenda program sarana dan pra sarana, ada program yang sifatnya penawaran bisa direalisasikan apa tidak.
“Bulan Oktober ini rencananya kegiatan LDKS sekaligus pemilihan ketua osis, sudah disosialisasikan beberapa kali dengan para korlas untuk mencari solusinya,” jelasnya.
Saat disinggung tentang info yang mengatakan bagi siswa yang tidak ikutan tahun ini harus ikut kelas lain pada tahun depan, Juli menerangkan bahwa hal itu bisa terjadi bila memungkinkan, dan harus dirapatkan lagi, karena belum tentu tahun depan masih ada LDKS lagi.
“Terkait informasi tentang siswa yang tidak pakai seragam akan dirazia dilokasi kegiatan, itu tidak pernah ada kata-kata seperti itu dari kami, mungkin itu salah paham orang tua yang mendapat info dari anaknya,” terangnya.
Masalah seragam yang menurut informasi dari wali murid dikenakan biaya 500 ribu, Juli membantahnya karena menurutnya tidak pernah sekolah memberikan informasi tentang biaya seragam pada wali murid
“Tidak ada biaya itu, kami tidak pernah menginformasikan pada orang tua tentang biaya itu,” tegasnya.
Biaya yang dikenakan untuk LDKS menurut Juli, akan digunakan untuk biaya makan, transport, tiket dan lain-lain, 275 ribu adalah ajuan dari komite, terealisasi atau tidak bergantung dari para orang tua, komite juga sudah membuat rincian RAB bagi yang kurang mampu.
“275 ribu itu baru ajuan dari komite, belum muncul angka biaya yang dipastikan, setelah dirapatkan akhirnya dipangkas jadi 243 ribu dan semua korlas dan komite mereka sudah sepakat dan kalau dianggap tidak memberatkan bisa dilaksanakan,” ujarnya.
Dalam perbincangan terakhir, Juli menyampaikan bahwa untuk kegiatan LDKS tahun ini, pihak sekolah SMP 16 sudah mengambil sikap untuk dipending saja.
“Kita sudah mengambil sikap kegiatan ini akan kami pending sampai batas waktu yang belum ditentukan,” pungkasnya.